Menu Close

Day: September 26, 2020

Dongkrak Pariwisata Pemerintah Tebar Diskon Paket Wisata 50 Persen

Jakarta –Pemerintah berencana menggelontorkan diskon paket wisata sebesar 50 persen untuk warga negara Indonesia (WNI). Diskon tersebut merupakan stimulus yang pemberiannya mengacu pada nomor induk kependudukan (NIK). Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pariwisata menjadi sektor yang paling terdampak pandemi Covid-19.

Oleh karena itu, anggaran yang direncanakan untuk pemulihan ekonomi nasional (PEN) juga bakal menyasar kepada industri-industri yang tersungkur.

“Indonesia dapat memanfaatkan dana stimulus itu untuk membangun industri, infrastruktur, dan kegiatan-kegiatan lain agar langsung tepat sasaran. Tahun ini kita memperoleh dana sebesar Rp895 triliun,” ujar Luhut, dikutip dari Tempo.co, Sabtu (26/9/2020).

Adapun sektor pariwisata akan memperoleh anggaran sebesar Rp1 triliun yang pemanfaatannya termasuk untuk penyediaan diskon paket pelancongan.

Meski lebih kecil nilainya ketimbang 2020, ia meyakini anggaran itu tetap bisa dimanfaatkan untuk bantuan-bantuan produktif.

Luhut berharap stimulus ini akan memberikan pemasukan bagi negara dan membuka lapangan kerja bagi masyarakat.

“Kami berharap pada 2021, perekonomian Indonesia akan kembali tumbuh menjadi 4.5 hingga 5 persen,” ucap Luhut.

Stimulus tersebut akan diberikan saat pemerintah mendustribusikan vaksin pada Desember mendatang. Fokus pariwisata sampai akhir tahun pun dititikberatkan pada kunjungan domestik.

Luhut menjelaskan diskon paket wisata memiliki batas maksimal Rp2,35 juta per NIK. Pemerintah berharap diskon tersebut memberikan efek ganda sebanyak 4,58 kali hingga 5,85 kali atau senilai Rp9,34 triliun sampai Rp11,93 triliun bagi perekonomian.

Ihwal anggaran stimulus, Luhut melanjutkan pemerintah pada 2021 kemungkinan masih akan menganggarkan Rp500 trilliun untuk pemulihan ekonomi nasional.

Gojek Termasuk Brand Favorite di Indonesia

Jakarta – Gojek Indonesia dengan basis aplikasi dari PT. Aplikasi Anak Bangsa muncul sebagai satu-satunya perusahaan dengan besutan anak bangsa yang dinilai tidak hanya berjasa mendukung ketahanan ekonomi nasional selama pandemi Covid-19, namun juga mendapatkan respons sangat positif dari konsumen.

Hal tersebut terungkap dalam survei yang dilakukan oleh blackbox, sebuah lembaga survei berbasis di Singapura, bersama Toluna bertajuk “Into The Light: Understanding What Has Changed for Consumers During Covid 19” yang sudah dirilis baru-baru ini.

Baca Juga:Pemerintah Kejar Penggunaan Solar Sistem Panel Tata Surya

Di sebutkan bahwa terdapat perubahaan yang signifikan pada perilaku konsumen dalam beberapa bulan ini akibat meningkatkannya kecenderungan untuk beraktivitas belanja secara online dan penggunaan aplikasi berbasis digital.

Oleh sementara itu, kecintaan nya terhadap konsumen terhadap brand lokal, seperti Gojek semakin menguat selama pandemi. Koresponden dari 8-10 yang telah disurvei di Indonesia (91 persen) dengan mengaku akan lebih memilih menggunakan brand asli Indonesia daripada brand asing.

Gojek dalam studi itu muncul sebagai brand lokal yang paling digemari di Indonesia. Dikarenakan paling membantu konsumen dna memberi solusi bagi kebutuhan konsumen, dan proaktif dalam melakukan inisiatif positif selama krisis pandemi Covid-19.

Gojek di favoritkan bersama Google dan Unilever

Para pebisnis dinilai harus mengerti hal tersebut, bahwa dengan posisi Asean sebagai hub bagi lalu lintas perdagangan regional maupun international. Maka perubahan prefrensi konsumen sangat penting untuk dipahami.

“Asal negara menjadi salah satu tren konsumsi yang berpotensi berubah di saat pandemi Covid-19,”hasil survei yang melibatkan 4.780 responden Singapura, Malaysia, Indonesia, Vietnam, Thailand, dan Filipina itu seperti yang dikutip Sabtu (26/9/2020).

Yashan Cama, International Commercial Director of Blackbox Research menilai bahwa dukungan bagi brand Gojek sebagian besar dikarenakan pemakaian berbagai layanan yang tercakup dalam ekosistem Gojek maupun mitranya sangat umum di Indonesia.

Selain itu, lanjutnya, sentimen terhadap brand Gojek sangat positif, sebagaimana ditunjukkan oleh Gojek melalui didirikannya Gojek Partner Support Fund (Dana Bantuan Mitra Gojek) untuk mendukung ketahanan ekonomi selama masa pandemi.

“Kata ‘internasional’ kedepannya mungkin akan menjadi aneh. Gojek adalah contoh nyata bagaimana rasa nasionalisme itu menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam pemilihan brand oleh konsumen,” ujarnya.

Menurutnya konsumen mulai berpikir untuk mendukung kemajuan perekonomian negaranya dan hal itu ditunjukkan dari brand yang dipilihnya dalam berbelanja.

Lagipula, ini bukan soal dukungan bagi brand lokal saja, tapi juga menunjukkan bagaimana sebuah brand lokal bisa berdampak signifikan bagi bangsanya melalui dukungannya terhadap perekonomian.

Pemerintah Indonesia Optimis untuk Target 1 Juta Panel Surya Atap Tercapai

Jakarta, Indonesia – Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) optimis dengan target satu juta pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan perkembangan harga PLTS global sendiri yang semakin tren dan kompetitif.

Diungkapkan oleh Direktur Jendral Ketanagalistrikan Kementrian ESDM – Rida Mulyana, Gerakan Nasional Satu Juta Atap (GNSSA) memperkenalkan kepada masyarakat adanya energi bersih dan ramah lingkungan.

Baca Juga :Pemerintah Mulai Mendongkrak Pariwisata dikala Pandemi

“Gerakan yang sekarang ini sangat mendukung pencapaian target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada 2025,” tutur Rida dalam pres konfres, Sabtu (26/9/2020).

Beliau juga menambahkan keberadaan GNSSA akan menumbuhkan industri barang dan jasa domestik terkait pengadaan PLTS.
Secara terperinci, Direktur Energi Direktorat Jendral Energi Baru Terbarukan dan Konversi Energi (Ditjen EBTKE) Hariyanto menjelaskan bahwa Kementrian ESDM tengah menginvestasikan pemanfaatan atap untuk instalasi PLTS Atap.

“Kami inventariskan tidak hanya di gedung hunian tapi juga gedung komersial, seprti hotel, rumah sakit, dan gedung perkantoran, bandara, pelabuhan, pergudangan. Hasilnya sementara ini cukup besar potensi yang bisa diterapkan untuk surya atap,”tutur Hariyanto.

Baca Juga:Gojek Termasuk Brand Favorite Indonesia

Untuk selain itu, pemerintah tengah berkoordinasi dengan sejumlah pihak terkait agar gerakan ini segera terealisasi. Pihaknya berharap hal tersebut bisa terlaksana dengan tahap awal sebanyak 500.000 hingga 1 juta atap.

Dia menuturkan pemerintah optimis menargetkan 1 juta atap bisa terealisasikan mengingat aturan-aturan terkait dengan penyempurnaan-penyempurnaan dari penggunaan EBT dan harga yang cukup kompetitif.

Data yang sudah dihimpun Ditjen EBTKE menunjukan bahwa biaya PLTS dalam kurun waktu 10 tahun (2010-2019) mengalami penurunan yang paling tajam, yakni sekitar 82 persen. Bahkan , biaya listrik dari PV surya skala utilitas turun 13 persen tahun ke tahun dan mencapai sekitar tujuh sen (US$0,068) per koloWatt-hour (kWh) pada 2019.