Menu Close

Day: September 29, 2020

Sudah Punya Tabungan? Apa Pentingnya Asuransi?

asuransi dan dana bantuan

JAKARTA, Tabungan dan investasi menjadi bagian dari perencanaan keuangan, tapi seringkali orang melupakan bahwa ada juga asuransi. Banyak orang yang masih enggan untuk mengalokasikan dananya untuk asuransi. Menurut Direktur AXA Financial Indonesia Cicilia Nina Triana, tabungan, investasi, dan asuransi bukanlah produk substitusi, melainkan sebuah kebutuhan yang saling melengkapi. Jadi tetap perlu untuk memiliki asuransi.

Baca Juga: Milenial Bergaji 4 juta Juga Bisa Berinvestasi, Begini Caranya.

Semuanya, keiganya harus kita punya,” ujar dalam webinar AXA tentang perencanaan keuangan, Kamis (24/9/2020). Ia mengatakan, literasi masyarakat terhadap tabungan sudah cukup baik, tetapi bicara soal jaminan finansial di masa depan tak bisa hanya mengandalkan tabungan. Lantaran, dana yang tersimpan di tabungan bisa habis dengan cepat. Nina mencontohkan, seperti dalam masa pandemi saat ini. Ketika perekonomian jatuh, banyak orang yang mengandalkan dana darurat di tabungannya untuk bisa bertahan selama pandemi ini.

Namun, jika melihat pandemi yang sudah berlangsung lebih dari 6 bulan ini, maka menunjukkan sudah hampir atau bahkan melampaui batas dana darurat. Padahal tabungan itu sebenarnya tetap dibutuhkan untuk risiko lainnya yang mungkin terjadi, seperti keperluan kesehatan, atau juga untuk kebutuhan di masa tua. Oleh sebab itu, Nina menekankan, pentingnya untuk memiliki asuransi untuk jaminan masa mendatang. “Artinya kondisi bahwa siapkan dana darirat secara konvesnional saja enggak cukup,” imbuhnya.

Dia mengatakan, ada beberapa keuntungan yang bisa didapat dari asuransi. Seperti, nilai yang dibayarkan cukup terjangkau tiap bulannya dengan benefit yang didapatkan cukup besar bila terjadi risiko pada pemilik asuransi. Kemudian, asuransi pun bisa menjadi warisan bagi keluarga jika terjadi risiko pada pemilik asuransi. Nina bilang, pencairannya pun tidak perlu proses yang lama, asal ada surat jelas yang menyatakan seseorang tersebut merupakan hak waris yang sah. “Jadi ini akan tepat sasaran dan bebas sengketa,” kata dia.

Baca Juga: Alasan Utama Perusahaan tidak Mengangkat Karyawan Kontrak menjadi Tetap

Berbeda halnya jika warisan dalam bentuk aset yang memang memerlukan proses balik nama. Di sisi lain, asuransi turut berguna untuk membiayai kebutuhan perawatan jika pemilik asuransi mengalami risiko, seperti sakit atau kecelakaan. Sebab, biaya rumah sakit bisa saja sangat besar nilainya, yang mungkin sulit tercukupi jika hanya mengandalkan tabungan. “Jadi menabung itu memang tak bisa dihindari, itu tetap perlu dilakukan. Tapi balik lagi, kita mesti bagi-bagi untuk juga asuransi,” pungkas Nina.

Milenial bergaji 4 Juta juga Dapat Invesatasi, Begini Caranya

milenial

JAKARTA,  Saat ini, investasi sudah menjadi kebutuhan, tak terkecuali bagi milenial di masa pandemi Covid-19. Berapa pun gaji bulanan yang didapatkan, milenial yang melek keuangan wajib menyisihkan sebagian pendapatannya untuk investasi. Di Ibu kota, Upah Minimum Provinsi (UMP) tahun 2020 yang ditetapkan pada 28 Oktober 2019, adalah sebesar Rp 4,2 juta. Dengan kisaran gaji Rp 4 jutaan, lalu bagaimana cara memilih investasi yang tepat? Di sisi lain, kebutuhan hidup seperti makan, sewa rumah, transportasi, kesehatan, pendidikan anak dan cicilan juga harus dibayar. “Pertanyaan ini kerap diutarakan milenial karena banyak di antara mereka ini berpikir kalau investasi itu harus dengan modal besar. Padahal, pikiran itu tidak tepat sama sekali. Saat ini sudah ada investasi yang tidak membutuhkan dana besar,” kata Head of Marketing IPOT dari Indo Premier Sekuritas, Paramita Sari kepada Kami, Rabu (23/9/2020).

1. Tentukan tujuan keuangan

Sebelum memilih instrumen investasi, milenial wajib menentukan dulu tujuan keuangan dan investasinya. Ada baiknya tujuan keuangan dan investasi ini konkret sehingga bisa ditentukan jangka waktu pencapaiannya entah jangka panjang, menengah atau pendek. “Dengan melihat jangka waktu pencapaiannya milenial akan mudah dalam menentukan produk apa yang dapat dipilih,” ujar dia. Dia bilang, selama di masa pandemi Covid-19, milenial tentu saja bisa melakukan investasi saham untuk jangka panjang atau memasukkan dananya ke dalam reksa dana pasar uang untuk jangka pendek.

2. Kenali profil risiko

Profil risiko ini biasanya terkait dengan tingkat toleransinya akan kerugian. Pada umumnya dikenal 3 tipe investor berdasarkan profil risiko, yakni konservatif ( risk averse), moderat (risk neutral), dan agresif (risk seeker). Paramita mengatakan, jika kamu cenderung milenial dengan profil risiko konservatif, maka bisa masuk ke instrumen reksa dana pendapatan tetap dan jika suka dengan risiko maka saham merupakan pilihan yang lebih tepat.

Baca Juga: Sudah Punya Tabungan? Apa Pentingnya Asuransi?

3. Alokasi ideal

Menurut Paramita, alokasi dana untuk investasi yang diperlukan dari gaji bulanan Rp 4 juta, memiliki porsi ideal minimal investasi di 10 persen. Dengan persentase ini maka milenial bisa menyisihkan Rp 400.000 per bulan untuk investasi. “Dana yang disisihkan ini bisa disesuaikan dengan tujuan investasi dan profil risiko yang telah ditentukan di awal,” sebut dia.

4. Investasi secara berkala

Dengan modal yang terbatas (kecil) milenial tentu saja bisa menjalankan investasinya selayaknya menabung secara rutin yang dilakukan setiap bulan. Misalkan saja, dengan memasukkan uangnya ke dalam produk Investasi yang dipilih sesuai tujuan dan profill risiko masing-masing. “Investasi yang dilakukan secara berkala akan melatih kedisiplinan dalam berinvestasi, tidak hanya untuk saat ini namun di kemudian hari saat pendapatan sudah bertambah,” kata Paramita.

Baca Juga: Peran Penting Project Plan Management Bagi Perusahaan